Normalisasi Perkaderan Proses Pelembagaan Nilai Kekaderan HMI
Sebagaimana sisytem social lainnya, sistyem perkaderan HMI juga harus mencerminkan kontinyuitas dan reproduksi perubahan. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) cara pandang melihat kerangka sistemik perkaderan HMI;
1.
Perkaderan
HMI; sebagai sutau bentuk subsistem social budaya dengan nilai keummatan dan
kebangsaan yang disandangnya agar senantiasa melakukan kontraksi dengan sisytem
social.
2.
Menempatkan
perkaderan HMI sebagai sebuah proses didik diri untuk pembentukan sikap, watak,
dan perilaku kekaderan.
3.
Memandang
perkaderan HMI secara dan atau dalam arti luas
Selanjutnya
perkaderan HMI mengandung turbelensi pelembagaan kontinyuitas generasi yang
memahami sistyem nilai HMI serta reproduksi dalam bentuk aktualisasi dan
koaktualisasi kiprah kader di semua segmen kemasyarakatan. Kedua varian yang
terkandung dalam sistem perkaderan terkondisi pada semua mata rantai sejarah
perjalanan HMI mulai daya guna dan hasil guna struktur lapisan kader HMI ke
dalam seluruh bentuk kerja-kerja kemanusiaan secara fungsional, dalam arti
semua elemen social dan posisi kekaderan terbagi habis kedalam efektifitas
manajemen organisasi secara keseluruhan.
Perkaderan
HMI adalah lembaga nilai sebagai dasar atau titik tumpuan bagi proses pembinaan
dan kaderisasi dalam arti luas. Oleh karenanya harus ada pemetaan struktur baik
lembaga nilai maupun institusi serta lapisan social serta pos-fungsi-fungsi
yang berpengaruh secara timbal balik terhadap perkaderan HMI, yang dimaksud
dalam hal ini adalah struktur pembentuk tatanan dan Kerangka Nilai sebagai
dasar pembentuk sistem, yang dalam pemetaanya ;
1.
KeIslaman, adalah suatu landasan nilai bagi
melekatnya karakteristik khas dari segenap performa gerak kejauangan HMI di
semua lini eksistensi kehidupan Negara-bangsa. (Qs. 3 : 102)
2.
KeUmmatan, adalah suatu landasan nilai yang
senantiasa mengikatkan HMI dengan wawasan akan komunitasnya yang sekaligus
menempatkan HMI dalam suatu realitas yang disandangnya, yakni sebagai bahagian
dari institusi strategi perjuangan ummat Islam Indonesia, khususnya di tingkat
pemuda dan mahasiswa (Qs. 3 : 110)
3.
Kebangsaan, adalah suatu nilai bagi kader HMI untuk
mewujudkan nilai pengabdian pada agama dan ummat melalui aktualisasi kehidupan
kemahasiswaan dan kiprah kekaderan kedalam semua segmen Negara-bangsa
berdasarkan 5 kualitas Insan Cita HMI melalui kerja-kerja kemanusiaan yang
bermoral (Qs. 49 : 13)
4.
Ke-HMIan, adalah suatu landasan nilai yang
senantiasa menyangga kehidupan kader baik secara individu maupun secara
kolektif dengan membawa HMI kedalam bagian dari kesinambungan sejarah baik
secara terpisah dengan realitas struktur kekuasaan Negara (independen) maupun
menjadi bagian dari realitas kemajemukan kehidupan bangsa
5.
Kemahasiswaan, adalah suatu landasan nilai dan semangat
menempatkan kampus selain sebagai tempat proses didik diri yang berguna
menanamkan jiwa dan semangat akademik, juga sebagai basis potensil baik untuk
penggarapan input kader dan media aktualisasi kader dalam penguasaan lini-lini
kemahasiswaan juga berguna untuk melebarkan pengaruh cara-cara berfikir HMI
dalam menterjemahkan realitas kedalam kampus maupun keluar kampus. Dalam
konteks ini jelas kiranya sebauh asumsi bahwa lemahnya perlawanan kampus
terhadap kebijakan public menjadi tanda terkikisnya warna HMI di dalam kampus
tersebut. Untuk itu menjadi tidak kalah pentingnya penanaman idealisme dan atau
moralitas kader agar vitalitas charisma dalam mengembang nilai HMI ditengah
kehidupan kampus senantiasa dapat terkawal, terjaga dan terawat.
Upaya
perpaduan kelima formula landasan nilai tersebut di atas akan menunjukkan
performa kader maupun HMI itu sendiri secara organisasi akan memiliki kemampuan
merawat Independensi organisasi baik Etis maupun Organisatoris. Artinya energy
dan vitalitas kader akan tetap terawat dan terjaga serta terbebas dari pengaruh
eksternal, sehingga posisi HMI sebagai sharing
of change mampu mengambil kiprah berdasarkan khittah perjuangan dalam
posisi independen baik secara etis dalam keberpihakan pada nilai-nilai
kebenaran (hanif) dan ajaran-ajaran
moral serta dapat memposisikan HMI terbebas dari kekuatan-kekuatan politik atau
partisan tertentu yang selamah ini dapat merusak tatanan HMI dari dalam,
meskipun tetap konsen menjadi bahagian dari perkembangan kehidupan politik
Negara-bangsa secara makro.
Secara
bersamaan pembentukan dan pelembagaan nilai dari kerangka nilai perkaderan di
atas, maka akan termanifestasi dalam bentuk adanya idealitas syahadah,
cita-cita, ajaran-ajaran moral, cara pandang serta pola tingkah laku
sebagaimana wujudnya sebuah komunitas, dan kesamaan ini akan menjadi martil
bagi daya dorong dalam melangkah secara individual dan perekat ikatan emosional
yang membuatnya bersemangat secara kolektif. Konsekwensi logisnya konversi atas
minat dan bakat kekaderan terdiferensiasi ke dalam bentuk-bentuk lembaga
kolektif di internal HMI yang secara keseluruhan diharapkan membentuk
lingkungan kultur yang kondusif bagi kader untuk berkembang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
Komentar
Posting Komentar