Sejarah Kapitalisme
Capitalism (Kapitalisme) berasal dari kata “capital” yang
berarti modal dan “ism” yang kurang lebih berarti pahaman. Jadi, kapitalisme
adalah pahaman yang mengutamakan penumpukan/pengakumulasian modal.
Menurut sejarahnya, kapitalisme
klasik pertama dicetus oleh Adam Smith dalam buku Wealth of Nations pada
abad ke-18. david Ricardo datang kemudian untuk melengkapi ajaran tersebut.
Salah satu watak dasar kapitalisme adalah individualistis. Hal ini berangkat
dari anggapan dasar kapitalisme bahwa individu harus diberikan kebebasan untuk
berusaha, dan mengakumulasi modal. Asumsi ini kemudian dilanjutkan dengan
prinsip bahwa tiap individu memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dan
kemampuan berbeda, sehingga akan terjadi keseimbangan dari interaksi sesama
manusia tersebut. Dipasar, dimana terjadi transaksi, tingkat permintaan,
penawaran, harga, produk dan kebutuhan akan mengalami keseimbangan. Ini
kemudian yang dimaksud dengan “unvisible hand” atau tangan yang tidak terlihat
yang mengatur keseimbangan dalam mekanisme pasar.
Watak lain dari kapitalisme adalah
materialistis. Segala sesuatu dinilai dengan materi, bahkan hal-hal yang
bersifat metafisik akan dijadikan media atau alat untuk memasarkan produknya.
Kapitalisme menjadikan agama bukan sebagai landasan, tetapi materi sebagai
pijakan dasar. Hal ini adalah bukti konkrit sekularisme yang juga watak dasar
kapitalisme. Disamping itu, ciri khas kapitalisme adalah serakah, dimana
individu dalam hak kepemilikannnya tidak dapat dibatasi. Artinya seorang
individu dapat menguasai faktor-faktor produksi sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.
Di satu sisi, kapitalisme kelihatan
sangat maju, di samping era perang dingin yang dimenangkan blok barat yang kapitalis,
hegemoni kapitalis terhadap negara-negara berkembang sangat menyolok, sehingga
terbentuk parameter “kemoderenan” yang mengacu pada barat. Hegemoni ini sengaja
dibentuk berangkat dari pahaman bahwa negara timur tidaklah beradab, untuk itu
mereka perlu diperkenalkan dengan peradaban barat yang maju. Walhasil, muncul
tren, mode, gaya hidup yang kebarat-baratan. Ini akan menguntungkan bagi kaum
kapitalis karena dengan terbentuknya kesalahan berpikir bahwa semua yang dari
barat adalah baik, modern akan menyebabkan produk barat akan dikonsumsi oleh
negara timur
Globalisasi
Globalisasi adalah
salah satu strategi negara kapitalis untuk menghegemoni negara ketiga. Di
samping itu, globalisasi adalah proyek besar neo-liberal, dalam artian,
negara-negara maju memerlukan sumber daya alam dan konsumen di negara
berkembang yang untuk merealisasikan hal tersebut maka sekat-sekat antar negara
harus dihilangkan dengan liberalisasi faktor-faktor produksi yang sebenarnya
adalah penjajahan gaya baru. Kaum kapitalis beranggapan bahwa negara-negara
berkembang tidak dapat dibiarkan menguasai teknologi dan ekonomi, karena hal
tersebut akan mengurangi tingkat eksploitasi negara maju kepada negara
berkembang yang otomatis akan mengurangi pendapatan negara maju. Kesimpulan yang
diambil kemudian adalah negara berkembang tidak boleh dibiarkan menjadi maju
dan harus terus dieksploitasi. Sementara, jika negara berkembang itu mati
dengan terus menerus dieksploitasi, maka pasar dari produk negara maju akan
sangat berkurang, mengingat penduduk bumi ini sebagian besar berada dinegara
berkembang. Artinya negara berkembang tidak boleh maju dan tidak boleh hancur,
mati segan hidup tak mau.
Kebijakan proteksi terhadap produk
suatu negara akan menghalangi pemasaran dari produk-produk dari negara maju. Di
samping itu, pajak yang dikenakan terhadap barang impor dari negara maju akan
menambah biaya yang nantinya akan menaikkan harga produk tersebut dipasaran.
Efek yang ditimbulkan adalah kurangnya konsumen dari produk negara maju dan
otomatis, tingkat pendapat negara maju dari ekspor mereka ke negara berkembang
akan sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut diangkatlah isu globalisasi, AFTA,
pasar bebas dan sebagainya. Jadi, pasar bebas dan globalisasi tidak lain adalah
bentuk penjajahan ekonomi gaya baru kepada negara berkembang.
Sebenarnya berbicara tentang
kapitalisme tentu tidaklah cukup dengan selembar tulisan ini mengingat
banyaknya pemikiran tentang cara mengakumulasi modal dan perjalanan panjang
kapitalisme yang mematangkan ideologi ekploitatif ini. Namun diharapkan
gambaran yang sangat singkat ini memberi benang merah antara kapitalisme,
globalisasi dan era pasar bebas AFTA 2003 yang semakin dekat.
Tulisan Rahmat Munawar
Komentar
Posting Komentar