Perubahan Atau Perubuhan Bangsa

“Homo Politicon”, mungkin seperti itulah kata filsuf klasik aristoteles dalam buku “La Politica” yang membahas  bahwa manusia merupakan makhluk yang berpolitik. Tentunya masyarakat mayoritas memahami apa dan seperti bagaimana politik, karena pembelajaran secara empirik behaviour yang memberikan pemahaman terhadap tatanan kehidupan dalam bermasyarakat. Hal ini terjadi karena hampir di setiap sendi-sendi sosio cultural maupun sosio struktural, bahkan lembaga-lembaga eksekutif, legislatif serta yudikatif telah tunduk dan bersujud dibawah kekuasaan politik dan inilah yang kita rasakan di negara Indonesia. Menjadi sesuatu hal yang miris jika melihat degradasi nilai demokrasi negara Indonesia di era kekinian, impian generasi anti otoritarianisme pada rezim Orde Baru pun seakan pupus melihat tindak tanduk para penguasa di hampir seluruh penjuru nusantara yang seakan menjadikan Politik sebagai tuhan dalam kekuasaannya.

Sebenarnya pengantar diatas dapat katakan sedikit bias karena topik pembahasan artikel ini adalah aksiologi hermeneutika perubahan. Tetapi tak apalah, karena sebenarnnya kita tidaklah menilik secara ontogis melainkan secara aksiologis antara pengantar dan pembahasan yang memiliki hubungan erat karena pengantar kita berbicara tentang “Kekuasaan Politik” dan Pembahasan  kita berbicara tentang “Perubahan”. Untuk dapat menuju pada perwujudan kekuasaan politik pastinya primordial perubahan lah yang menjadi klimaks, entah itu klimaks perubahan pra kekuasaan (kata-kata atau janji politik) maupun klimaks perubahan saat kekuasaan (implementasi dan aktualiasi kata-kata atau janji politik).

Perubahan adalah Satu kata sederhana yang sepintas tampak biasa jika didengarkan tetapi ternyata dalam sebuah dinamika perpolitikan Indonesia, kata “Perubahan” merupakan sebuah kata yang  menyingkap sebuah aksiologi yang luar biasa fantastis karena dapat menghipnotis para pendengarnya meskipun terkesan meraba (perubahan seperti apa?) namun, kata “Perubahan” yang tetaplah menjadi primadona para politikus dalam jargon-jargon  politik terhadap masyarakat. Tidaklah sedikit para politikus yang memenangkan pertarungan sengit atas lawan-lawannya dan dapat duduk empuk di kursi kekuasan atas bantuan kata sederhana ini. hal ini terbukti secara empirikal bahwa kata “perubahan” telah tersakralisasi oleh sebagian besar politikus karena hampir seluruh daerah di setiap pemilihan eksekutif maupun legislatif, kata “perubahan” pasti akan bersanding para salah satu calo maupun calon penguasa. Apalagi kancah perpolitikan Indonesia kembali menaikkan tensinya disaat penetapan tanggal pemilihan calon legislatif telah dikumandangkan, penggelindingan bola berlanjut pada sebuah pertarungan sengit yang nanti pada tanggal sembilan bulan empat tahun dua ribu empat belas akan terjadi klimaks dari sebuah pertarungan tersebut.

Kata “perubahan” pastinya akan lebih sering kita lihat, kita dengar dan kita rasakan  disaat ketika percikan dari gerakan-gerakan para calon penguasa dan calon wakil yang mengatas namakan rakjat telah melakukan gesekan-gesekan terhadap lawan-lawannya, dan disaaat pra kekuasaan politik inilah kita melihat sebuah distorsi aksilogis “perubahan” terjadi dikarenakan “perubahan individu vs perubahan invidu” yang akan saling menjatuhkan antara satu sama lainnya, sehingga melahirkan barisan-barisan sakit hati yang berdampak pada kekuatan tandingan oposisi disaat pasca kekuasan politik terjadi.

Jika perubahan menjadi kunci kemajuan peradaban bangsa,
Mengapa kita mesti saling menjatuhkan?
Bukankah perubahan itu akan terjadi jika kita saling bergandengan tangan?
Bukankah perubahan itu akan tercipta jika kita saling mendukung?

Lepaslah belenggu kedengkian,
Buanglah hasrat keegoisan,
Dan, bungkamlah mulut para anti nasionalism,
Yang akan mengadu domba sesama saudara.

Katakan kepada mereka jika para pemimpin kita salah,
Berikan pujian kepada mereka jika para pemimpin kita benar,

Mari kita melakukan perubahan yang lebih baik untuk bangsa,
Dengan cerdas dalam menentukan dan memilih para pemimpin kita,
Untukmu para calon pemimpinku,
Masa depan bangsa berada di tangan kalian
09-04-2014
-------------------
Goresan Pena 
By Nuramin Saleh

Komentar

Postingan Populer