Arah Kiblat Masjid Istiqlal Salah dari Awal Pembangunan
Berangkat dari teori-teori pembentukan
alam semesta yang di anggap valid hingga saat ini menghantakan kita pada satu
kesimpulan bahwa alam semesta bersifat dinamis. Konstruksi makrokosmos
(dikhususkan pada Bumi) dapat terjadi dengan beberapa kemungkinan, salah
satunya adalah terjadinya bencana gempa bumi yang dapat melakukan sebuah
pergeseran pada lempengan-lempengan bumi. Pergeseran lempengan bumi akan
berdampak pada perubahan secara skala kecil derajat-derajat antar benua. Dan akibat
yang terjadi dari pergerseran itu, arah kiblat ibadah (shalat) ummat islam
harus berubah. Bahkan forum indonesia-internasional mengatakan pada tahun 2010 “Sebanyak 320.000 atau 40 persen dari 800.000
jumlah masjid di seluruh Indonesia mengalami pergeseran arah kiblat. Salah satu
penyebabnya adalah bergesernya lempeng bumi dan musibah gempa bumi bertubi-tubi
yang melanda Tanah Air”.
Bahkan yang membuat saya miris,
kontroversi pun terjadi terkait arah kiblat di salah satu masjid terbesar dan
termegah yang pernah di kunjungi oleh barrack obama yaitu Masjid Istiqlal. Perdebatan
pun terjadi antara sesama ulama yang berbeda mashab, ali musthopa mengatakan
kiblat masjid sudah benar tetapi MUI mengatakan kiblat harus di rubah karena
melenceng dari yang sebenarnya, dan di perparah lagi, komentar dari salah satu
imam masjid Istiqlal, Ali Hanafi mengatakan pada wartawan Viva News “Bila harus mengubah arah kiblat, akan
menghabiskan triliunan rupiah”. Apakah persoalan materi harus membuat kita
selalu terjebak dalam sebuah kesalahan yang berulang-ulang dan beberapa kali
kesalahan itu berulang jika tidak dilakukan perubahan?
Dalam
firman Allah SWT telah menjelaskan ;
QS.
Al-Baqarah (2) : 144
ô‰s%
3“ttR |==s)s? y7Îgô_ur ’Îû
Ïä!$yJ¡¡9$#
(
y7¨YuŠÏj9uqãYn=sù
\'s#ö7Ï% $yg9|Êös? 4
ÉeAuqsù
y7ygô_ur tôÜx© ωÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$#
4
ß]øŠymur $tB
óOçFZä.
(#q—9uqsù
öNä3ydqã_ãr
¼çntôÜx©
3
¨bÎ)ur tûïÏ%©!$#
(#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$#
tbqßJn=÷èu‹s9
çm¯Rr& ‘,ysø9$# `ÏB
öNÎgÎn/§‘
3
$tBur
ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/
$£Jtã
tbqè=yJ÷ètƒ
ÇÊÍÍÈ
144.
Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka
sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan.
[96] maksudnya
ialah nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu
Turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
Membaca kontroversi benar atau salahnya
arah masjid Istiqlal yang bisa dikatakan telah basi karena hangat pembahasan
ini di tahun 2010 dan saya baru mengulasnya kembali di tahun 2013. Tapi hal
yang substansi yang saya dapatkan adalah saya Kembali membuka buku-buku usang yang
telah lama tersimpan rapi dalam lemari, ternyata menghantarkan saya pada satu
buku karya Dr. Ahmad Deedat ‘Isa Almasih dalam Al-Quran’ yang di terjembahkan
oleh Ir.H.Suryani Ismail. Dalam buku tersebut, saya tertarik membahas sebuah
biografi Ir.H.Suryani Ismail, yang merupakan salah satu tokoh cendikiawan
muslim yang pernah ada, ketertarikan saya mengerucut pada satu titik hasil
penelitiannya bersama rekan-rekan HMI cabang jogjakarta membentuk TPIH (Tim
Penyelidik Ilmu Hisab), tim tersebut berhasil mengoreksi (perhitungan) kiblat
Masjid Istiqlal (1963). Koreksi disampaikan kepada panitia pembangunan masjid
Istiqlal pada saat pembangunan sedang berjalan di tahun 1962, namun usul
tersebut tidaklah di indahkan, sehingga kiblat Masjid Istiqlal tetap salah
hingga sekarang (1999), bahkan melenceng hingga Ethiopia, Afrika Utara.
Kesimpulan yang saya dapatkan dari beberapa
referensi terkait persoalan Masjid Istiqlal, ternyata perdebatan kontroversial kesalahan
arah kiblat Masjid Istiqlal yang di katakan oleh MUI itu dan forum
Indonesia-Internasional itu tidak terjadi di dikarenakan bencana alam gempa
bumi melainkan terjadi kesalahan matematis perhitungan di saat jalannya pembangunan
masjid di tahun 1962 dan jika tidak segera di tanggapi serius, bayangkan saja
secara perhitungan matematis kesalahan berulang-ulang yang di lakukan saat awal
digunakannya dari 22 februari 1978 hingga sekarang?
Jika kita menggenapkan perhitungan dari
awal 1978 hinggal akhir 2012, maka
Shalat Wajib 5X Sehari x 365 Hari x 34
Tahun = 62050 Shalat Wajib.
Mencapai jumlah 62050x Shalat wajib yang
telah dilaksanakan di masjid istiqlal.
(tidak terhitung sholat sunnah dan hari
besar)
Jika seandainya demikian, siapa yang
harus disalahkan?
Wallahualam, Hanya Allah SWT yang
mengetahuinya dan saya hanya mengkajinya saja.
----------------------
Sumber Rujukan,
Dr. Ahmad Deedat, Isa Almasih dalam
Al-Qur’an, PT.Petja, Jakarta, 2000.
Komentar
Posting Komentar