Teori Kritis Dalam Komunikasi Politik
Ciri khas teori kritis ialah bahwa yang dikritik itu bukan
kekurangan-kekurangan di sana sini, melainkan keseluruhannya. Teori kritis
membuka irasionalitas dalam pengandaian-pengandaian sistem yang ada. Membuka
bahwa sebenarnya produksi tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia, melainkan
kebutuhan manusia diciptakan, dimanipulasikan demi produksi. Teori Kritis
berharap bahwa apabila rasionalitas semua sistem sudah disobek, maka
kontradiksi-kontradiksi akan nampak jelas, dapat merangsang pematahan belenggu
dan membebaskan manusia ke arah kemanusiaan yang sebenarnya (Magnis-Suseno.
1992: 166).
Teori sosial kritis berkeyakinan bahwa manusia bertanggung jawab sepenuhnya
atas kebebasan mereka sendiri serta mencegah mereka agar tidak menindas
sesamanya atas nama masa depan kebebasan jangka panjang. Teori sosial kritis
menolak pragmatisme revolusioner (Agger. 2006: 10). Teori kritis mempunyai
bidang kajian dan aliran yang sangat luas, untuk keperluan pembahasan teori
komunikasi perlu membatasinya, seperti yang dikatakan Dennnis Mumby,
yang mengkalisifikasikan teori kritis dengan teori komunikasi menjadi dua
bagian besar, yaitu: modern dan postmodern. Kedua bagian ini daat dirinci
menjadi empat bagian yaitu: (1) discource of representation, yaitu
positivisme dalam pemikiran modern yang memisahkan secara jelas peneliti dan
dunianya, (2) discource of understanding atau moderninsme interpretif
yang percaya bahwa hubungan antara dunia sebagai objek yang diketahui (known)
dan subjek yang mengetahui (knower bersifat saling mempengaruhi, (3) discource
of suspicion atau modernisme kritis yang berasal dari tradisi
struktural yang mengkritisi struktur masyarakat yang menindas, (4) discource
of vulnerability atau postmodernisme yang percaya bahwa terdapat beragam
wacana dan ide yang saling bersaing untuk berkuasa.
Magnis-Suseno mengemukakan teori kritis sebagai usaha usaha pencerahan.
Sebagai toeri yang kritis, maka teori yang dikembangkan Horkheimer dan Adorno
mau menciptakan kesadaran yang kritis: teori kritis pada hakikatnya mau menjadi
Aufklarung atau pencerahan. Aufklarung itu berarti: mau membuat
cerah, mau menyingkap segala tabir yang menutup kenyataan yang tak manusiawi
terhadap kesadaran kita. Teori kritis dalam hubungan ini berbicara tentang
kaitan ”ketersilauan”, semacam selubung menyeluruh yang membutakan kita
terhadap kenyataan yang sebenarnya, yang perlu disobek. Disitu muncul istilah
”totalitas.” Dalam masyarakat industri maju kontradiksi-kontradiksi,
frustrasi-frustrasi, penindasan-penindasan tidak lagi nampak, semua segi
kehidupan masyarakat berkongkalingkong menimbulkan kesan bahwa semuanya baik
adanya, semua kebutuhan dapat dipuaskan, semuanya efisisen, produktif, lancar,
bermanfaat. Kesan semua itu harus dibuka (Magnis-Suseno. 1992: 165-166).
Secara filosofis, peneliti menilai bahwa teori kritis identik dengan Mazhab
Frankfurt (Frankfurt School). Mazhab ini didirikan oleh Theodor W.
Adorno, Max Horkheimer, Herbert Marcuse dan beberapa nama lain dari Frankfurt
Institute for Social Research pada tahun 1923. Salah satu tokoh Mazhab
Frankfur generasi kedua yang sangat terkenal adalah Jurgen Habermas.
Menurut Habermas, masyarakat terdiri atas tiga unsur, yaitu: (1)
pekerjaan (work), segala usaha untuk menciptakan sumberdaya material yang
bertujuan untuk mencapai tujuan nyata dan memenuhi kebutuhan konkrit, (2)
interkasi (interaction), penggunaan bahasa dan sistem simbol lain dalam
komunikasi, (3) kekuasaan (power), keteraturan sosial pada dasarnya
selalau membentuk sistem distribusi kekuasaan, oleh karena itu setiap manusia
harus bebas dari dominasi kekuasaan tertentu, sebab kekuasaan mengarah pada
distorsi komunikasi.
Filsafat Ilmu Sosial abad ke-20 diwarnai oleh empat pemikiran besar: (1)
Fenomenologi-eksistensialisme, (2) Neo Thomisme, (3) Filsafat Analistis, (4)
Neo marxis. Teori kritis secara klasifikatif dapat digolongkan pada kelompok
Neo Marxis, kendati dalam perdebatan filosofis, ada yang menganggap bahwa teori
kritis adalah teori yang bukan Marxis lagi. Neo Marxisme adalah aliran
pemikiran Mark yang menolak penyempitan dan reduksi ajaran Karl Mark oleh
Engels. Ajaran Mark yang dicoba diinterpretasikan oleh Engels ini adalah versi
interpretasi yang nantinya sebagai Marxisme resmi. Marxisme Engels ini adalah
versi interpretasi yang diakai oleh Lenin. Interpretasi Lenin nanti pada
akhirnya berkembang menjadi Marxisme-Leninisme atau lebih dikenal dengan
Komunisme). Beberapa tokoh NeoMarxisme sebetulnya menolak Marxisme-Leninisme,
mereka menolak interpretasi Engels dan Lenin karena interpretasi tersebut
adalah interpretasi ajaran Mark yang menghilangkan dimensi dialektika ala Karl
Marx, yang diercaya sebagai salah satu bagian inti pemikiran Karl Marx. Tokoh
Marxisme adalah George Lukcas dan Karl Korsch, Ernst Bloch, leszek Kolakowski dan
Adam Schaff.
Teori kritis adalah anak cabang pemikiran Marxis dan sekaligus cabang
Marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx. Teori ini mencoba
memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi
teknokrasi modern. Ciri khas dari teori kritik adalah teori ini bertitik
tolak dari inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, tetapi juga sekaligus
melampuai bangunan ideologis Marxisme bahkan meninggalkan beberapa tema pokok
Marx dan menghadapi masyarakat industri maju secara baru dan kreatif.
Pada awalnya, yang membedakan teori kritis dengan Filsafat Heidegger atau
Filsafat Analitika Ludwig Wittgenstein, di mana teori kritis menjadi insitasi
dari gerakan sosial kemasyarakatan. Gerakan sosial yang dipelopori kaum muda
yang ada waktu itu secara historis telah tidak ingat lagi dengan masa kelaparan
dan kedinginan pasca perang dunia kedua. Generasi tahun 1960-an telah merasa
muak dengan kebudayaan yang menekankan pembangunan fisik dan menekankan faktor
kesejahteraan ala kapitalisme. Generasi ini adalah generasi yang secara
mendalam meragukan atau menyangsikan kekenyangan kapitalisme dan disorientasi
nilai modern. Teori kritis berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi
tradisional. Pendekatan teori ktitis tidak bersifat kontemplatif atau
spekulatif murni. Teori ktitis pada titik tertentu memandang dirinya sebagai
pewaris ajaran Karl Marx. Teori Kritis tidak hanya mau menjelaskan,
mempertimbangkan, mereflesikan dan menata realitas sosial tapi teori ini juga
mau mengubah dan mau menjadi praktis.
Teori kritis tidak mau membebek Karl Marx. Kelemahan Marxisme pada umumnya
adalah mereka menjiplak analisis Marx dan menerapkannya mentah-mentah pada
masyarakat modern. Oleh sebab itu, biasanya Marxisme justru lebih terkesan
dogmatis dari pada ilmiah. Teori ktitis melakukan analisis baru terhadap
masyarakat yang dipahami sebagai ”masyarakat kapitalis lanjut yang
direkonseptualisasi dalam pemikiran teori kritis adalah masuk dasar teori Karl
Marx, yaitu pembebasan manusia dari segala belenggu penindasan.
Pertemuan pertama teori ktitis dengan ilmu komunikasi
sebenarnya terjadi ketika teori kritis berimigrasi ke Amerika Serikat.
Perkembangan ilmu komunikasi di Amerika sudah mengalami perkembangan yang
pesat. Premis awal ilmu komunikasi di Amerika merupakan pernik awal
perkembangan tekonologi komunikasi/informasi bahkan sebelum Perang Dunia
Pertama. Perkembangan ilmu komunikasi di Amerikia banyak ditandai dengan
perkembangan komuikasi massa di negara tersebut. Sementara itu, paradigma
dominan ilmu komunikasi dipenuhi dengan paradigma positivistik. Teori Kritis
yang dibawa oleh para sarjana jerman akhirnya berpindah ke beberapa universitas
di Amerika pada tahun 1933. Tentu saja, pertemuan dua tradisi intelektual
tersebut menghasilkan kontroversi, betapa tidak paradigma kritis yang sangat
kritis idealistik bertemu dengan tradisi keilmuan yang pragmatis.
Dalam sejarah perkembangannya, penelitian komunikasi di Amerika dipengaruhi
oleh kondisi sejarah, sosial, politik dan budaya yang terjadi. Komunikasi pada
titik tertentu, di Amerika berada dalam titik pragmatik yang sangat komersial
dan memunculkan diskursus klasik terhadap perubahan sosial, terutama yang
berkaitan dengan arus kesejahteraan yang bersifat kapitalistik. Ide pragmatisme
sangat mewarnai penelitian komunikasi di Univesitas Chicago yang kajiannya
sangat empirik oleh Paul Lazarsfeld, Kurt Lewin, Harold Laswell dan Carl
Hovland. Sedangkan Wilbur Schramm mengembangkan studi kuantitatif dalam konteks
antopologi komunikasi.
Teori kritis yang dikembangkan oleh Horkheimer dan Adorno, menganggap cacat
epistemologi dalam ilmu komunikasi yang berwatak totaliter dan ideologis. Teori
kritis melihat bahwa ada kecenderungan di kalangan ilmuwan komunikasi menjadi
ilmu yang dipaksakan dalam wujud ilmu yang sangat mekanistik. Model pemikiran
administratif yang dikembangkan oleh pemikir Universitas Chicago dikritisi oleh
model pemikiran kritis. Penelitian komunikasi yang dikembangkan bersamaan
dengan asumsi pemikiran administratif adalah penelitian untuk studi efek media
massa. Selanjutnya era pemikiran Teori Kritis mengembangkan studi tentang
ekonomi politik media, analisis budaya atas teks, dan studi presepsi khalayak.
Studi ideologi dalam media yang pada akhirnya mengalami perkembangan yang pesat
pada era 70-80-an.
Komentar
Posting Komentar