BOTOLEMPANGAN 39 DI AWAL AGUSTUS - PUISI


Botolempanganku tidak hanya tua...
Tapi juga usang tak terjamah.
Hanya derik ranting kering saling beradu..
memapah bias perjuangan kita yang mulai sunyi.
Lirih... lirih gemerisik daun..
tapi kau tak kunjung ada!

Aku si anak zaman.,.,
ditemani mangkuk coklat Tante Tati...
juga si keriting nikmat pengganjal perut.

Aku si anak zaman,,
tengah sepi... sepi di ranah ini.

Tidak ada gaduh sebagai alas duduk kita,.,,,
Tidak ada kepul rokok di meja yang ku adai kini..
tidak ada kau,,, dia,,, atau siapa saja.
Hanya gambar tinggi.. meliuk tersapa angin.
Hanya kios reok tante tati.
Hanya mesin beroda pencipta asap.
Botolempanganku lesu lagi,,,
kerontang tak terjamah.

Hari ini aku kesal...
tulisanku teramat di cintai si plagiat..
aku teramat kesal.. si plagiat menuliskan namanya di ujung tulisanku.. akh... bejat!

Kemarilah..
sekedar mengisi bangku-bangku kosong di halaman wisma kita..
sekedar menyisakan debu sepatu di ubin putih botolempangan 39 kita.,
atau menikmati intonasi kekesalanku yang kian mengeras...

Bendera kita ternyata masih berkibar di ujung tiang......
Meski sebagian dinding sudah rata oleh benda keras si bapak tukang batu.
Ada yang asing.. terasa olehku yang duduk di kursi paling depani..
dengan kaki terlipat seronok...
Juga wajah kusam oleh bedak yang mulai pudar.

Akh.. sayang...
ada kerinduan pada benturan keras yang pernah tercipta di sini...
oleh keras bola matamu di balik presidium...
juga senyum bangga yang tak terganti oleh sosok manapun.
kau... si lelaki dengan kemeja lusuh...
juga peci usang yang kini ku dapati tergeletak di karpet mushola kita.

HENING...

--------------------------------

Yang Menggoreskan Pena Ini

Gusla Mulyani, UntukMu HMI ku.
Botolempang 39 Di Awal Agustus 2010

Komentar

Postingan Populer