9 DESEMBER, SIANG ITU
Deru..biarlah berhambur menjadi petakan2 kebisingan yg hilang menjadi senyap.
Kebisingan..
Orasi2 keras..
Kecaman..
Aparat..
Kau,,
Dia...
juga Mereka...!!
Biarlah kuBeri sejumput keheningan
pada tubuh kerontang negeri ini..
setelah kulit dan belulang
menggerutu dan lengan berurat yg menua.
beri keheningan..biar jd
sunyi...sunyi.. akh.. biarlah sunyi
Menjumpai kau dengan kulit
lebam..
dengan butir keringatmu yang berbaur
oleh debu halus jalanan.
juga butiran lembut peluru yang
kau simpan rapat2 pada paha kananmu..
ingin teriak..
tersedu...
"jangan jadi penakut,
nak...!", pesannya petang itu
Dia merapatkan kel0pak mata dgn irama lembut..
menjumpai kepingan asa yg
trbilang lamban terwujud..
akh. Beri kesenyapan pada bait
puisiku..biar dia datang dgn kaki berjingkrak pelan,tak bersuara..
BIar dia kembali dengan senyum
kepuasan ..
setelah perjuangan siang tadi.
oleh intonasi-intonasi yang
membelai dinding-dinding megafon..
oleh serdadu-serdadu kejam dengan
kumisnya yang menebal..
dengan tubuh tambunnya..
dengan gas air matanya...
biar semua berbaur oleh tangis
negeriku yang tak berkesudahan.
Biar semua pecah..tanpa
terhelakkan...
Makassar, Siang itu...
--------------------------------------------
Yang Menggoreskan Pena ini
Ketahuilah Bangsaku
Gusla Mulyani, ,09-12-12
09 Desember, Siang Itu
Komentar
Posting Komentar