Pemikiran Filsafat Timur
FILSAFAT INDIA
Filsafat india terbagi menjadi lima zaman
berikut ini :
· Zaman Weda (1500-600 SM)
Zaman ini diisi
oleh pendapat bangsa Arya.
· Zaman Wiracarita (600-200 SM)
Zaman ini diisi
oleh perkembangan sistem pemikiran filsafat yang berupa upanishad.
· Zaman Sastra Sutra (200 SM-1400 M) Zaman ini diisi oleh semakin banyaknya
bahan-bahan pemikiran filsafat (sutra).
· Zaman kemunduran (1400 – 1800 SM). Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat
yang mandul.
· Zaman pembaharuan (1800 – 1950 SM). Zaman ini diisi oleh kebangkitan
pemikiran filsafat india. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray.
Zaman Weda (1500 -600 SM)
Dikatakan zaman weda karena sumber benih
pemikiran filsafat berasal dari kitab-kitab weda (rig weda, sama weda, yajur
weda, dan atharwa weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam
mantera “di atas air samudera mengapung telor dunia, kemudian pecah menjadi
wismakarman sebagai anak pertama alam semesta.” “Dunia tersusun menjadi tiga
bagian, yaitu surga, bumi, dan langit, di mana ketiga bagian tersebut mempunyai
dewa sendiri-sendiri.” “Jiwa manusia tidak dapat mati.” “Mereka yang masuk
surga adalah orang-orang yang soleh dan hidup baik.”
Dewa secara harfiah adalah benda yang terang
yang dianggap mempunyai person. Dewa indra dianggap sebagai dewa
nasional, dewa waruna yaitu dewa yang
menguasai alam semesta.
Pada tahun 700 SM, benih pemikiran filsafat
pembahasannya bersumber pada sastra Upanishad.
Zaman Wiracarita (600 SM – 200 M)
Sebagai latar belakang zaman ini adanya krisis
politik, kemerosotan moral atau kepercayaan terhadap para dewa. Timbullah
aliran yang bertuhan (baghawadgita), aliran yang tidak bertuhan (jainisme
dan Buddhisme), juga aliran yang spekulatif (Saddarcana).
Pelopornya adalah Wardhamana (abad ke-6 SM).
Jelmaan terakhir Buddhisme adalah Sidharta, yang lahir tahun 567 SM di
Kapilawastu.
Baghawadgita adalah sebuah kitab yang ditulis
pada abad ke-3 SM, pusat penyebarannya di Gangga barat, isi kitabnya adalah
uraian ajaran Kresna pada Arjuna tentang bhakti (penyerahan diri).
Zaman Sastra Sutra (200 – sekarang)
Kitab yang muncul pertama kali adalah kitab
Wedangga yang uraiannya berbentuk prosa. Sistem filsafat India, terbagi menjadi
enam sistem berikut :
-
Nyala, yaitu membicarakan bagian umum dan metode yang dipakai dalam
penyelidikan.
-
Waisesika, yaitu kitab yang bersumber pada Waisesika Sutra.
-
Sakha, artinya pemantulan.
-
Yoga, yaitu suatu cara untuk mengawasi pikiran.
-
Purwa Wimansa, yaitu sistem yang mendasarkan pada kitab Weda.
-
Wedanta yaitu suatu sistem yang membicarakan bagian kitab weda yang
terakhir.
Tokoh-tokoh tersebut diatas mengemukakan
ajaran sebagai berikut:
Sankara (788 – 820)
merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok
ajarannya adalah bahwa “Brahman adalah Nyata”.
Ramanuja (1017 – 1137)
ia berupaya menyatukan agama Wisnu dengan
Wedanta. Menurutnya terdapat tiga kenyataan yang tertinggi; Tuhan (Iswara),
jiwa (Cit), dan benda (Acit).
Madwa (1199 -
1278)
ia sangat berpengaruh di India Barat.
Filsafat India pada Akhir Abad ke-20
Mulai abad ke-7 sampai ke-14, ajaran Wedanta
mendominasi filsafat India. Tetapi, setelah abad ke-14 pemikiran filsafat
mengalami kemunduran. Tokohnya Kabir
(1440 – 1518), yang berupaya menyingkirkan unsur-unsur yang melemahkan
perjuangan islam.
Setelah abad ke-19, pemikiran filsafat India
bangkit berkat sentuhan kebudayaan barat. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray (1777
– 1833).
Seorang pembaru lain adalah Mahatma Gandhi
(1869 – 1948). Ajarannya untuik mencari kemenangan harus dengan Satyagraha
(kekuatan kebenaran).
Terdapat dua orang pembaru yaitu, Sri Aurobindo
(1872 – 1950), dan Sri Rama Maharsi (1870 – 1950).
FILSAFAT TIONGKOK
Terdapat empat buah buku yang dianggap sebagai
kitab suci rakyat Tiongkok, yaitu :
-
Analecta Confucius;
-
Karangan-karangan Mencius;
-
Ilmu Tinggi (The Great Learning).
-
Ajaran tentang Jalan Tengah (Doctrine of The Mean)
Menurut Fung Yu Lan, terdapat tiga agama,
yaitu Confucianisme, Taoisme, dan Buddhisme.
Menurut rakyat Tiongkok fungsi filsafat dalam
kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Menurut Mencius,
“Orang bijaksana adalah sebagai puncak hubungan antarmanusia”.
Dari sudut moral, oran gyang arif bijaksana
adlaah manusia yang paling sempurna di dalam suatu masyarakat. Mempelajari
filsafat agar orang dapat berkembang menjadi “Manusia” dan supaya tidak menjadi
“orang macam tertentu”, artinya orang mempelajari “bukan filsafat”,
memungkinkan orang untuk berkembang menjadi orang macam tertentu (some
special kind of man).
Latar Belakang Filsafat Tiongkok
Tiongkok adalah suatu negeri daratan (continental)
yang luas sekali, tidak pernah melihat lautan. Akar atau sumber alam pikiran
rakyat Tiongkok adalah Taoisme dan Confusianisme. Taoisme adalah pandangan
hidup yang menitik beratkan pada hal-hal yang sifatnya naturalistik.
Confucianisme adalah suatu pandangan hidup yang menitik beratkan pada
organisasi sosial.
Sebagai contoh:
-
Fajar telah menyingsing
-
Jangan sekali-kali berlebih-lebihan
-
Bilamana matahari telah mencapai puncaknya
-
Dan bila mana bulan sudah purnama
-
Maka mengecillah
-
Sentuhan dengan Filsafat Barat
Pada akhir Dinasti Ming (abad ke-14), banyak
pelajar Tiongkok yang mengagumi matematika dan astronomi, yang dibawa dari
Barat oleh kaum misionaris Kristen.
Pada abad ke-19, karena keunggulan militer,
muncul gerakan untuk kembali kepada ajaran Confusius. Pelopornya adalah K’ang
Yu Mei (1858 – 1927).
Aliran-aliran Pemikiran
Filsafat di Tiongkok
Confusianisme
Confusianisme dipelopori oleh K’ung Fu Tzu
(551 – 479 SM), ia dianggap sebagai Guru kesusilaan bangsa Cina. Pemikirannya,
suatu yang dipentingkan oleh K’ung Fu Tze adlah ritual dan harus menguasai
aspek keagamaan dan sosial. Sistem kekerabatan harus didasarkan pada syian,
yaitu suatu perasaan keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya.
Taoisme
Pendiri Taoisme adalah Lao Tse lahir tahun 604
SM. Semua orang yang mengikuti Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan
tertinggi adalah meloloskan diri dari khayalan keinginan dengan renungan secara
gaib.
Pemikirannya orang hendaknya memberikan kasih
sayangnya tidak hanya terbatas pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus
kepada seluruh anggota keluarga yang lain.
FILSAFAT ISLAM
Islam dengan kebudayaannya telah berjalan
selama 15 abad. Dalam kurun waktu lima abad itu para ahli pikir islam
merenungkan kedudukan manusia di dalam hubungan nya dengan sesama, dengan alam,
dan dengan Tuhan.
Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut,
terdapat dua macam (kekuatan) pemikiran berikut :
-
Para ahli fikir islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan
dengan ajaran islam.
-
Para ulama menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal
ketauhidan.
Ulama yang berkeberatan terhadap pemikiran
filsafat (golongan salaf) berpendapat bahwa “adanya pemikiran filsafat
dianggapnya sebagai bid’ah dan menyesatkan. Alquran tidak untuk diperdebatkan,
dipikirkan, dan ditakwilkan menurut akal pikir manusia, tetapi al-quran untuk
diamalkan sehingga dapt dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat”.
Beberapa Perbedaan yang Mendorong Aliran
Pemikiran Filsafat. Timbulnya aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa
perbedaan :
-
Persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa dan dipikirkan.
-
Perbedaan cara berpikir.
-
Perbedaan orientasi dan tujuan hidup
- Perasaan “asabiyah” keyakinan yang buta atas dasar suatu pendirian walaupun
diyakini tidak benar lagi.
Lahirnya Filsafat Islam
Sifat khas orang-orang Arab saat itu yang
hidup mengembara (kafilah) bergeser pada proses urbanisasi. Setelah proses
urbanisasi, mereka terikat oleh birokrasi dan mengalami krisis identitas dalam
bidang sosial dan agama.
Proses akulturasi tersebut mencapai puncaknya
dengan didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, dan
perpustakaan. Misalnya, tahun 833 khalifah al-Ma’mun (Baghdad), mendirikan bait
al-Hikmah, tahun 972 khalifah Hakam (Qahirah) mendirikan Jami’at al-Azhar.
Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam
-
Periode Mu’tazilah. Mulai abad ke-8 sampai abad ke-12.
-
Periode Filsafat Pertama. Mulai dari abad ke-8 sampai dengan bad ke-11.
-
Periode Kalam Asy’ari’. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad
ke-11.
-
Periode Filsafat Kedua. Mulai abad ke-11 sampai abad ke-12.
Dalam periode
Mutakallimin (700 – 900), muncul mazhab-mazhab al-Khawarij, Murji’ah,
Qadariyyah, Jabariyyah, Mu’tazilah, Ahli Sunnah Wal-Jama’ah.
Berikut ini pembagian aliran pemikiran
filsafat islam yang berdasar pada hubungannya dengan sistem pemikiran Yunani
(ada empat), yaitu :
Periode Mu’tazilah,
Keberadaan Mu’tazilah ini sangat penting
artinya dalam pemikiran filsafat islam, karena terlihat orientasi pemikirannya dalam
menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan, kemudian baru diselaraskan
dengan Alquran dan Alhadist.
Periode filsafat pertama,
Terdapat dua bagian dalam periode filsafat
pertama, yaitu pertama, bercorak Neoplatonic yang berkembang di Irak, Iran, dan
Turkestan; kedua bercorak peripatetis yang berkembang di Spanyol dan Magrib
(Maroko).
Al-Kindi (800 – 870), dialah satu-satunya
orang Arab asli yang menjadi filsuf (ahli fikir). Ibnu Sina (980 – 1037) dalam
umur 18 tahun ia telah menjadi ahli dalam bidang filsafat, astronomi, fikih,
matematika, biologi, ilmu bahasa dan lain-lainnya.
Periode kalam asy’ari’,
Timbulnya aliran ini dilatar belakangi oleh
beberapa faktor, yaitu :
-
Perlunya mempertahankan kemurnian tauhid dari keragaman sistem pemikiran
dalam islam.
-
Untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari serangan luar.
-
Terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan, misalnya Al-hallaj (858 –
922).
Periode Filsafat kedua.
Dalam sejarah islam, Spanyol disebut
Andalusia. Berkat jasa seorang pahlawan islam Tariq bin Ziyad yang meluaskan
islam sampai ke Spanyol, tahun 710. Cordoba dan Toledo ditaklukkan.
Dalam kurun waktu dua abad, telah lahir
beberapa ahli pikir islam, yaitu Ibnu Masarrah (883 – 931), Ibnu Tufail (1110 –
1185), Ibu Bajah (1100 – 1138), dan Ibnu Rusyd (1126 – 1198).
Komentar
Posting Komentar